Saya bukan fans berat Trump, tapi membaca berita terakhir kalau Biden menantang Trump untuk berdebat menjadi menggelikan tetapi juga mencurigakan. Kenapa bisa menggelikan dan sekaligus mencurigakan? Bagaimana seorang yang bisa dikatakan sudah pikun dan sering bicara tidak jelas berani menantang seseorang yang kalau bicara tidak pakai tedeng aling-aling?
Setiap kali, ya setiap kali bicara di muka umum walau dibantu oleh teleprompter selalu ngaco bahkan belum lama di dalam pembicaraan pidatonya di muka umum mentah-mentah mengucapkan kata “pause”. Karena kepikunannya, Biden tidak menyadari bahwa kata “pause” tersebut adalah petunjuk buat dirinya untuk berhenti bicara sesaat, bukan merupakan bagian isi pidato.
Selain kejadian di atas, acap kali di pidato resmi, Biden mengucapkan kata-kata yang tidak jelas atau tidak memiliki arti apa-apa. Juga tidak jarang, tidak ingat apa yang dia katakan dan tidak bisa menyebutkan nama orang dengan benar. Tidak tahu arah atau dimana dia sedang berada saat selesai berbicara di muka umum. Dan banyak tindakan Biden yang terlihat sebagai seseorang yang sudah seharusnya pensiun karena tidak lagi dalam kondisi fisik yang pantas sebagai pemimpin negara khususnya negara adi daya seperti Amerika. Dari kondisinya berjalan, berlaku, bahkan menjejakkan kaki saat bersepedapun bisa jatuh ke aspal, kalau tidak dipapah.
Sementara, Trump dengan kelugasan bicara tidak segan-segan mencerca habis lawan bicaranya. Dia sangat fasih bicara dan tegas bersikap di forum umum. Berkat masa pendidikannya di sekolah taruna semasa muda dan kemampuannya dalam bernegosiasi selama puluhan tahun dalam dunia usaha. Bahkan dalam perdebatan umum dengan lawan-lawan politiknya seperti Hillary Clinton yang habis dipojokkan dengan gaya bicaranya yang ‘nyeleneh’.
Di dalam banyak perdebatan umum, walau lawan-lawan Trump dari partai demokrat terlihat jelas dibantu oleh para moderator yang hampir semuanya berbasis demokrat dan sangat anti-Trump, masih tidak bisa memenangkan perdebatan dengan Trump yang tidak menggunakan teleprompter seperti yang dicurigai dilakukan oleh Biden dan beberapa calon dari partai demokrat dalam sesi perdebatan umum.
Kali ini dengan terang-terangan Biden menantang Trump berdebat hingga dua sesi, walau bisa menjadi tontonan menarik sekaligus mengundang pertanyaan besar. Apalagi taktik dari para “pawang” Biden dengan mengajak perdebatan ini? Ada apa dibalik usaha ini? Selain sudah jelas, keinginan untuk membuktikan bahwa Biden masih dalam kondisi prima untuk bisa “memimpin” Amerika dalam putaran ke-dua, apakah para “pawang” ini sudah menemukan cara curang terbaru selain memasang 'earbud” di telinga Biden seperti yang dilakukan sebelumnya, kemudian memberikan jawaban atas pertanyaan atau serangan dari Trump? Atau para moderator sudah diarahkan untuk mengeroyok Trump saat perdebatan? Kita bisa lihat di setiap perdebatan, Trump diajukan pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan Biden menerima pertanyaan-pertanyaan sepele. Bahkan para moderator pun tidak sungkan-sungkan memperlihatkan bias terhadap Trump dengan memojokkan Trump dan bukannya melakukan moderasi dalam perdebatan yang seharusnya mereka lakukan.
Bila perdebatan ini memang fair dan jujur, kita tidak perlu menebak-nebak hasil akhir dari perdebatan. Tetapi kita tahu, fair dan jujur tidak ada dalam kamus para demokrat ini.
Komentar penulis
Sebagai tambahan informasi. Trump sempat berada di kubu Democrat sebelum kembali ke partai Republican. Karena kecintaannya terhadap bangsa dan negara, dan melihat kemana arah negara Amerika dibawa oleh para demokrat yang membenci nilai-nilai dan bahkan Amerika itu sendiri, Trump melihat partai demokrat tidak memikirkan Amerika dan rakyat Amerika dalam prioritas mereka. Beberapa politikus yang masih memiliki kecintaan kepada negara beranjak dari partai demokrat yang makin hari makin memperlihatkan kebenciannya terhadap negara sendiri. Salah satu politikus yang cukup berpengaruh dari Hawaii adalah Tulsi Gabbard, meninggalkan partai demokrat dan menyampaikan kepada masyarakat umum alasannya hengkang.
Hari ini, Amerika makin jauh dari nilai-nilai yang baik dan berakhlak. Para politikus dan pejabat dari partai demokrat makin memperparah situasinya dengan kebijakan lunak atas tindakan kriminalitas, pelanggaran hukum, pro-kejahatan, menentang semua hal yang baik, menghancurkan nilai-nilai keluarga dan keluarga itu sendiri, menghukum mereka yang mencoba mempertahankan nilai-nilai moral dalam masyarakat tetapi melepaskan dan mendukung kebejatan moral dan sosial bahkan mendukung.
Seperti yang pernah dikatakan oleh Abraham Lincoln, presiden Amerika ke-16, presiden Republican pertama di dalam pidatonya tanggal 27 Januari 1838 mengatakan, “Pada titik apa kedatangan bahaya mengancam? Jawabku, kalau bahaya itu mencapai kita, pasti datangnya dari antara kita. Tidak bisa datang dari luar. Kalau kehancuran menjadi bagian dari kita, pasti kita sendiri yang membuatnya dan kita pula yang menggenapinya. Sebagai bangsa dari manusia merdeka, kita harus hidup selaras dengan waktu, atau mati karena bunuh diri.”