Bagaimana Para Elit Politik Berlaku Dan Memperlakukan Masyarakat Sebagai Subyek
Kemunafikan dan Ketidakmaluan yang Diperlihatkan dari Waktu ke Waktu

Selama hampir tiga tahun, masyarakat dipaksa dan dikondisikan sewenang-wenang dengan ancaman tindakan kekerasan melalui tangan hukum, menyangkut peraturan-peraturan Covid. Masyarakat tidak bisa menghirup udara bebas tanpa masker, masyarakat tidak bisa berkumpul dengan keluarga merayakan Tahun Baru atau hari libur lainnya, masyarakat tidak bisa mengunjungi anggota keluarga yang terbaring sakit terlepas dari jenis penyakitnya apa, anak-anak tidak bisa bersekolah secara normal dan berkumpul dengan teman-teman mereka, masyarakat tidak bisa bekerja dan mencari nafkah seperti sebelumnya, dan masih banyak lagi penderitaan yang disebabkan oleh kesewenang-wenangan kuasa politik yang disalahgunakan.
Kesemuanya itu dipicu oleh kepercayaan buta dan kepatuhan kepada otoritas yang korup. Dan otoritas memakai dasar yang tidak teruji serta mengikuti arus dominan yang terjadi tanpa adanya pembelajaran lebih jauh dan rinci. Akan tetapi semuanya itu masih bisa dimaklumi dan dimengerti, bila ada saatnya otoritas mulai disadarkan atas tanggung jawab dan janji-janji yang disuarakan kepada masyarakat, saat kebenaran mulai terkuak. Sama halnya dengan kebohongan, kebenaran pun tidak bisa ditutup-tutupi selamanya. Yang disayangkan adalah saat kebenaran dan fakta mulai bermunculan otoritas yang ada tidak bersedia untuk mempelajarinya dan berlaku sesuai dengan kebenaran dan fakta itu.
Hal tersebut dikarenakan kebohongan dan manipulasi, baik itu sebelumnya sudah direncanakan atau pun tidak. Pihak-pihak yang bertindak sebagai otoritas mulai merasakan kenyamanan saat memberlakukan tindakan apapun terhadap masyarakat tanpa adanya protes dan unjuk rasa. Pihak-pihak tersebut malah diuntungkan sebagai tambahan dari tindakan-tindakan yang berpusat pada penerapan kekuasaan tanpa tantangan. Keuntungan finansial yang sangat besar yang diperoleh dari pihak-pihak baik otoritas ataupun swasta yang mendapatkan manfaat dari peraturan-peraturan yang dijalankan.
Lebih jauh lagi, bila mengingat kepada faktor konsekuensi dimana suatu tindakan akan mendapatkan konsekuensi. Maka tindakan pembatalan peraturan-peraturan yang berujung kepada korupsi dan kesewenang-wenangan ini menjadi lebih rumit. Saat pihak-pihak otoritas ini mencabut segala sesuatunya yang menyangkut perolehan keuntungan-keuntungan, maka pertanggung-jawabannya akan mulai dipertanyakan. Hal inilah yang bisa menjadi dasar pemikiran kelangsungan bagi penderitaan masyarakat yang berkaitan dengan pembatasan-pembatasan Covid.
Coba perhatikan, terutama di Amerika Serikat itu sendiri yang memicu kepanikan global atas penularan Covid. Apakah benar semua narasi dan argumen yang mengatakan Covid itu mematikan? Menjangkitnya Covid melalui metode-metode yang walaupun tidak sungguh-sungguh diuji karena segala sumber yang didengar masyarakat hanya dari satu pihak, disampaikan sebelumnya oleh sumber-sumber yang hingga hari ini masih bersiteguh kepada narasi awal. Apakah benar vaksin sungguh-sungguh ampuh dalam mencegah penyebaran Covid? Apakah benar penggunaan masker membantu dan bekerja seperti yang diseru-serukan kemana-mana?
Hari ini semua pernyataan itu mulai berguguran satu persatu. Dalam hal pengenaan masker, sudah tiga tahun masyarakat tidak memiliki “wajah” karena tersembunyi dibalik masker. Timbul banyak sekali persoalan di dalam masyarakat dikarenakan hal ini. Kejahatan-kejahatan yang terjadi menjadi sulit untuk dicegah dan ditanggulangi karena keadaan “tidak berwajah” ini menyebabkan sulit untuk mengidentifikasi seseorang. Bahkan seseorang bisa tidak mengenali teman di jalanan. Tidak ada senyuman dan ekspresi yang bisa kita lihat saat berkomunikasi dengan seseorang.
Masker sudah menjadi suatu instrumen penindasan kepada masyarakat. Karena segala sesuatu yang harus dipakai atau dikenakan dengan pemaksaan adalah bentuk penindasan dan opresi. Masker bukan bagian dari persyaratan masyarakat beradab yang menjadi keharusan mengenakan pakaian, keharusan mengenakan pakaian pun tidak bisa dipaksakan akan bagaimana cara mengenakannya. Terlebih lagi pengenaan masker dalam waktu yang berkepanjangan telah membuktikan menjadi persoalan kesehatan. Sedangkan mengenakan pakaian dalam hal umumnya tidak menimbulkan persoalan yang sama.
Camkan, tidak ada kemungkinan melepaskan menggunakan masker bila narasi kebohongan dan tindakan menakut-nakuti masyarakat tidak dibereskan karena penyakit-penyakit baru akan terus bermunculan selama sejarah manusia terus berlangsung. Sebelum Covid terjadi, sebelum pihak-pihak otoritas tidak melihat manfaat dalam menggunakan suatu “epidemi” sebagai kesempatan untuk memperkuat tangan kekuasaan dan sekaligus menebalkan dompet mereka, telah banyak terjadi penyakit-penyakit yang lebih mematikan dari Covid. SARS, HIV, Ebola, Influenza, Hepatitis, Pneumonia dan lain-lain tidak pernah terjadi seperti hari ini atas Covid yang memiliki banyak pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab.
Suatu trauma yang dicekokkan kepada masyarakat di seluruh dunia bahwa bila terjangkit Covid pasti meninggal, diterima mentah-mentah oleh masyarakat setelah melihat beberapa video yang juga tidak jelas kebenaran dan sumbernya mengenai beberapa orang yang tiba-tiba jatuh dan mati. Masyarakat hari ini menjadi takut sakit, takut mendengar orang batuk atau bersin, takut kepada udara terbuka, takut bakteri atau kuman sehingga tidak bisa lagi membedakan antara bakteri dengan virus (Covid adalah virus). Kebingungan ini membuat masyarakat tidak tahu membedakan bakteri dengan virus dimana cara penanganan mereka berbeda.
Pihak produsen cairan pencuci tangan melihat kesempatan meraup keuntungan mulai melakukan produksi massal dan mengeluarkan iklan-iklan yang makin menakut-nakuti masyarakat sehingga tidak mau bersentuhan bahkan dengan keluarga sendiri, menyemprotkan cairan anti bakteri ke setiap permukaan benda yang ada di dalam rumah dan di luar rumah. Dimana sebelumnya banyak anggota masyarakat makan bahkan tanpa mencuci tangan mereka, tidak mengalami apa-apa, paling-paling menderita diare, sekarang menjadi super steril kemana-mana setiap menit menggunakan cairan anti bakteri.
Coba lihat foto-foto di bawah ini yang diambil dalam beberapa waktu terakhir ini semasa pemberlakukan pengenaan masker menjadi keharusan, sementara para politikus ini bisa berlaku di luar peraturan-peraturan yang mereka paksakan ke masyarakat.






Apakah mereka percaya kepada retorika-retorika mereka sendiri atau mereka dengan sengaja menunjukkan keangkuhan bahwa mereka adalah kelompok orang-orang spesial, sementara masyarakat adalah para hamba yang harus tunduk pada mereka?Anda sendiri yang menjadi penilainya, karena kehidupan anda menjadi tanggung jawab anda sendiri.
Tulisan ini merupakan opini dari penulis sendiri dan tidak mewakili pandangan dari Admin situs ini.