Memang benar misinformasi dan disinformasi adalah satu risiko besar secara global tetapi yang sangat disayangkan adalah World Economic Forum sendiri adalah salah satu sumber misinformasi dan disinformasi itu sendiri.
World Economic Forum secara teori memiliki tujuan yang terdengar “mulia dan muluk-muluk” tetapi ini semua hanyalah kedok untuk membuka jalan ke pemerintahan global yang menghancurkan bahkan membunuh sebagian besar masyarakat dunia dan hanya menguntungkan sebagian kecil kelompok elit. Apakah ini yang diinginkan oleh negara-negara berdaulat seperti negara Indonesia?
World Economic Forum adalah satu badan organisasi yang kita boleh sebut sebagai the fox guarding the hen house. Terlalu banyak conflict of interests untuk setiap masalah yang diangkat dan dibahas yang sudah terlihat dari krisis pandemi COVID-19. Yang akhirnya diuntungkan adalah para kaum elit global dan yang paling dirugikan justru adalah masyarakat kalangan menengah ke bawah.
Sekali lagi benar, misinformasi dan disinformasi adalah satu bahaya besar, tetapi kita harus bijaksana dalam menganalisa segala sumber. Ketika satu sumber berita dominan menyensor berita yang tidak sepaham (walaupun tidak ekstrim), kemungkinan besar berita yang mengandung kebenaran adalah berita yang disensor tersebut. Apalagi ketika sumber berita dominan tersebut sudah terbukti telah menipu masyarakat.
Saksikan Video
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria - dimulai dari menit 17:45.
Opini dan komentar penterjemah tidak mencerminkan pandangan Repikir dan hanya merupakan opini dan komentar pribadi.
Yang menjadi pertanyaan adalah siapa yang menjadi arbitrari untuk membolehkan atau menyensor berita yang dianggap "disinformasi' atau 'misinformasi' ini? Karena terlalu sering terjadi yang menjadi arbitrari adalah pihak yang sendiri melakukan misinformasi dan disinformasi ini.