Aktivis Pro-Aborsi Menggelar 'Prosesi Boneka Bayi' Di Depan Rumah Hakim Agung Amy Coney Barrett
Sekelompok aktivis remaja pro-aborsi yang membawa boneka bayi mendatangi rumah Hakim Agung Amy Coney Barrett akhir pekan lalu.
Aksi tersebut merupakan yang terbaru dalam serangkaian demonstrasi yang menargetkan para hakim Mahkamah Agung menjelang keputusan mereka atas kasus Dobbs v. Jackson Women's Health Organization, yang secara efektif dapat membatalkan keputusan atas kasus Roe v. Wade, putusan tahun 1973 yang melegalkan aborsi.
Pada hari Sabtu, organisasi pro-aborsi Rise Up 4 Abortion Rights mengantar sekelompok aktivis remaja dari New York ke Washington, DC untuk menggelar protes.
Mereka kemudian melanjutkan ke rumah Hakim Agung Amy Coney Barrett, boneka bayi di tangan mereka, dan cat merah di celana mereka.

"Kami di sini ... dengan tangan terikat, dengan mulut tertutup, memegang boneka, karena seperti inilah Amerika versi Amy," kata seorang aktivis, yang menurut organisasi itu berusia lima belas tahun.
“Anak-anak akan dipaksa melahirkan anak-anak,” lanjutnya. "Perempuan akan dibungkam, perempuan akan dicabut, perempuan akan diberitahu bahwa mereka kurang berarti." Dia kemudian mendesak mereka yang menyebut diri mereka pro-choice untuk "turun ke jalan dan tidak bergeming."
Sepanjang jalan, dia ditanya bagaimana perasaannya berjalan-jalan diikat dengan bayi di tangannya.

"Itu membuatku merasa ketakutan," katanya.
Aktivis lain menambahkan bahwa meskipun dia takut, itu membuatnya merasa "kuat."
"Inilah yang dialami banyak wanita," lanjutnya, mengklaim bahwa "orang benar-benar sekarat dan kehabisan darah karena mereka tidak bisa melakukan aborsi yang aman."1


Setibanya di rumah Hakim Barrett, para aktivis remaja itu menurunkan boneka mereka dan menuju ke Mahkamah Agung, di mana demonstrasi lain berlangsung.
Menurut kelompok itu, protes mereka yang menargetkan Hakim Agung Barrett adalah sebagai tanggapan atas pernyataan-pernyataan yang dia buat yang menunjukkan bahwa kemampuan untuk menempatkan anak untuk diadopsi dapat menghilangkan "beban menjadi orang tua, di dalam banyak kasus, dan membuat [praktek] aborsi tidak diperlukan.
Mahkamah Agung akan mengeluarkan pendapat pada hari Selasa dan Kamis minggu ini.
Diterjemahkan bebas dari artikel Jarryd Jaeger untuk The Post Millenial, 20 Juni 2022.
Tidak ada aborsi yang aman, karena hasil akhir dari setiap aborsi adalah hilangnya nyawa yang tidak bersalah.