Sementara banyak negara-negara sudah mulai mencabut atau sudah mencabut sebagian besar bahkan ada yang keseluruhan pembatasan-pembatasan dan peraturan-peraturan mengenai Covid, masih ada beberapa negara lebih tepatnya pemimpin negara-negara yang tetap ngotot memberlakukan peraturan-peraturan yang bahkan ada yang melipat-gandakan peraturan-peraturan dan menambahkan sanksi-sanksi pelanggaran. Apa yang terjadi? Apa yang dipikirkan oleh para pemimpin negara-negara itu? Mungkin lebih mengacu kepada kecurigaan yang timbul, berapa banyak keuntungan yang diperoleh oleh mereka sebagai pemimpin yang merupakan individu-individu seperti semua orang?
Apakah tindakan ini dipicu oleh ketidak-percayaan para pemimpin atas kebohongan narasi Covid sehingga yang terus menerapkan bahkan melipat-gandakan upaya mengekang masyarakatnya? Atau sesungguhnya ada sesuatu agenda jahat dibalik tindakan para pemimpin negara-negara ini? Karena yang jelas tujuan yang diklaim untuk melindungi masyarakat sudah menjadi pertanyaan saat mereka malah menindas masyarakat dengan kekuatan hukum dan militer.
Kebebasan hak azasi untuk hidup dan memilih masyarakat ditindas, kesehatan masyarakat dipertaruhkan melalui pemaksaan vaksin, akal sehat sudah tidak bekerja. Hak pribadi untuk memilih apa yang baik untuk diri sendiri sudah dirampas dan sekarang berada di tangan pemerintah yang menentukan bagaimana masyarakat harus hidup. Pilihan kesehatan untuk tidak menerima vaksin atas virus Covid yang memiliki tingkat kesembuhan 99% lebih, ditukar dengan resiko mengalami cedera karena vaksin Covid yang memiliki 50-50 kemungkinan. Kalau bicara mengenai pertaruhan maka ini pertaruhan yang paling bodoh yang saya pernah saksikan. Akal sehat untuk menilai dan mempelajari dari berbagai sumber sudah ditutup melalui sensor-sensor ketat di semua media utama dan pemerintah.

Saya akan menggambarkan ilustrasi sebagai berikut, khususnya bagi argumen mengenai kemungkinan jarang terjadi atas penerimaan vaksin Covid. Tetap hal ini merupakan pertaruhan dalam pandangan saya. Kita bayangkan semangkuk coklat butir M&M terdapat ratusan butir coklat, lalu kita masukkan beberapa butir coklat M&M yang sudah diberikan racun. Kemudian setelah diaduk antara butir coklat yang beracun dan yang tidak apakah kita mau mengambil coklat yang ada di dalam mankuk itu bila tidak dipaksa?
Ada yang mengatakan, “Kalau hari ini saya harus pergi tes untuk melihat apakah saya sakit, maka besok saya perlu pergi ke kuburan untuk melihat apakah saya mati.” Bagi mereka yang kurang mengerti ungkapan di atas, penjelasannya adalah kita sendiri bisa mengetahui apakah kita sakit atau tidak khususnya menyangkut Covid karena demam dan gejala-gejala yang pasti muncul, tanpa harus dites pun akan diketahui. Bila tidak memiliki gejala apapun tapi dinyatakan sakit maka kita perlu juga memeriksa ke kuburan apakah kita mati. Ungkapan di atas merupakan sindiran bagi mereka yang tidak bisa mendeteksi tubuh mereka sendiri atas demam dan gejala lainnya menyangkut Covid yang sebenarnya dalam kelompok penyakit flu.
Sementara negara-negara besar di Eropa mulai atau sudah mencabut peraturan-peraturan Covid, negara Austria malah lebih menggila dalam menerapkan peraturan-peraturan Covid. Austria menerapkan peraturan-peraturan Covid hingga Januari 2024 dan akan menyeret para pengemudi secara acak dan mendenda semua anggota masyarakat yang tidak menerima vaksin booster. Hal itu bukan hanya mengakibatkan masyarakat yang tidak divaksin sama sekali tetapi juga termasuk mereka yang sudah divaksin. Ini menunjukkan kekuasaan otoriter yang tidak dibatasi oleh konstitusi negara itu sendiri yang menyatakan demokrasi rakyat.
Selain Austria, negara-negara seperti Australia dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat sendiri seperti New York melalui gubernur barunya, Kathy Hochul termasuk kelompok ekstrim yang terus menerus menghidupkan ketakutan akan Covid sehingga membenarkan peraturan-peraturan yang dikeluarkan. Hal yang sama terjadi di negara bagian New Mexico yang hingga tulisan ini dimuat masih menerapkan mandat masker, jaga jarak, pembatasan pengunjung tempat-tempat usaha, dan lain-lain.
Bila melihat kebodohan ini maka bisa disimpulkan mereka akan hidup seperti ini sampai akhir kehidupan mereka. Seperti yang saya pernah sampaikan sebelumnya, kehidupan tidak mungkin terlepas dari penyakit, dan penyakit baru dalam hal ini strain (keturunan) flu akan terus bermunculan. Saya tidak menyangkal bahwa akan ada korban jiwa dari setiap penyakit baru yang muncul. Tetapi hal itu terus terjadi dalam kehidupan sejarah manusia. Bahkan penyakit-penyakit yang sudah lama beredarpun hingga hari ini dan di hari kemudian tetap akan merenggut jiwa. Tetapi kalau kita coba renungkan, tidak ada penyakit lain yang mematikan atau lebih mematikan dari Covid menerima perlakuan “istimewa” seperti Covid.
Ada anggota keluarga yang tidak menerima vaksin sama sekali dan terjangkit Covid, mengalami gejala-gejala demam dan lain-lain seperti layaknya flu. Beberapa hari kemudian melalui perawatan di rumah (tanpa vaksin Covid) pulih kembali, bahkan lebih cepat pulih daripada anggota keluarga yang katanya kalau divaksin tidak akan terjangkit Covid yang masih terus terbaring lebih lama walau sudah divaksin hingga booster.
Narasi1 atas vaksin Covid terus menerus disesuaikan agar sejalan dengan agenda yang ada. Pada mulanya dipercayai vaksin Covid akan menghindarkan si penerima dari terjangkitnya Covid. Tetapi setelah pada kenyataannya semua yang menerima vaksin hingga berkali-kali masih tetap terjangkit [bahkan menyebabkan munculnya varian-varian yang baru], maka alih-alih mengakui bahwa vaksin tidak mencegah, usaha-usaha pembenaranpun dilakukan dengan mengatakan kalau tidak divaksin maka akan menderita Covid lebih parah. Saya katakan cuci otak yang dilakukan melalui media massa dan pemerintah sulit untuk diatasi.
Berpikir mandiri hari ini menjadi kelangkaan. Semua keputusan hidup diletakkan kepada semua informasi yang disodorkan dan siap saji telah membuat masyarakat menjadi masabodo atas apa yang terjadi disekitarnya. Semoga hal itu tidak kita lakukan demi kelangsungan umat manusia.
Infografik dari Visual Capitalist
Beberapa websites konservatif yang tidak sejalan dengan narasi umum dari media massa, perusahaan technology dan pemerintah yang terus menerus menebarkan ketakutan akan Covid dan propaganda vaksin telah disensor dan dikeluarkan dari “search engine” sehingga masyarakat luas tidak bisa mencarinya melalui search engine seperti Google (bahkan DuckDuckGo pun melakukannya). Kecuali masyarakat mengetahui alamat website tersebut.