WEF Akui Pembatasan COVID Adalah Langkah Awal Untuk Uji Kepatuhan Pembatasan Emisi Karbon Yang Akan Datang - Analisis
'Semua yang dilakukan para globalis memiliki satu tujuan kedua dari belakang - untuk mengambil kebebasan kita dan memberikan mereka lebih banyak kendali.
‘Semua yang dilakukan para globalis memiliki tujuan akhir — untuk mengambil kebebasan kita dan memberikan mereka lebih banyak kuasa kendali. Sejauh kita mengizinkan mereka, mereka akan berhasil. Sejauh kita menolak mereka, mereka akan gagal. Itu semua ada di tangan kita.’
“Dunia akan berakhir dalam 12 tahun!”
“Pulau Manhattan akan terendam air pada 2015!”
“Menurut laporan itu, jika tidak ada pengurangan 40 hingga 50 persen dalam emisi [karbon] pada tahun 2030—hanya 12 tahun dari sekarang—dan dunia yang benar-benar netral karbon pada tahun 2050, planet ini akan menghadapi ‘panas ekstrem, kekeringan, banjir dan kemiskinan’.”
Kutipan pertama di atas adalah dari seorang politisi progresif sayap kiri1 berdasarkan laporan dari Panel Antar-pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) Perserikatan Bangsa-Bangsa2. Panel yang terdiri dari beberapa ilmuwan terutama merupakan organisasi politik yang terdiri dari politisi dari banyak negara anggota PBB. Ada alasan politik yang baik bahwa Forum Ekonomi Dunia atau yang lebih dikenal dengan nama World Economic Forum (WEF) dan PBB ingin menakut-nakuti kita agar percaya bahwa dunia ini akan berakhir jika kita tidak mengambil sendiri beberapa perubahan gaya hidup yang sangat drastis dan secepat mungkin.
Kutipan kedua didasarkan pada “dokumenter” (saya menggunakan istilah itu secara longgar) yang disebut, “An Inconvenient Truth” yang dibintangi oleh mantan Wakil Presiden Al Gore. Pada tahun 2006, saat mempromosikan filmnya, dia mengatakan3 bahwa umat manusia hanya memiliki 10 tahun tersisa sebelum dunia mencapai titik tidak bisa kembali.
Pada tahun 1989, Associated Press menyampaikan peringatan dari seorang pejabat PBB, “Seorang pejabat senior lingkungan PBB mengatakan seluruh negara dapat terhapus dari muka bumi dengan naiknya permukaan laut jika tren pemanasan global tidak diputar-balik pada tahun 2000.”
Pejabat itu adalah Noel Brown, direktur Kantor Program Lingkungan PBB di New York. Brown menambahkan, “Perubahan pola iklim akan mengembalikan kondisi Dust Bowl tahun 1930-an ke lahan gandum Kanada dan AS.”
Sebaliknya, sejak tahun 1989 AS dan produksi pertanian global meningkat, dan lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia bangkit dari kemiskinan ekstrem karena pertumbuhan ekonomi.
Mengapa para ahli alarm iklim mengambil risiko dan membuat prediksi yang kemungkinan besarnya tidak akan terjadi?
“Kita harus menawarkan skenario yang menakutkan, membuat pernyataan yang disederhanakan dan dramatis, dan tidak banyak menonjolkan keraguan yang mungkin kita miliki,” kata Stephen Schneider, seorang profesor Biologi di Universitas Stanford, kepada majalah Discover pada tahun 1989. “Setiap dari kita harus memutuskan dengan tepat antara lebih penting menjadi efektif atau jujur.”
Dan sekarang ke inti esai ini.
World Economic Forum menerbitkan sebuah artikel4 beberapa minggu yang lalu yang ditulis oleh Kunal Kumar, Direktur Misi, Misi Kota Cerdas, Kementerian Perumahan dan Urusan Perkotaan India.
Titik awal WEF adalah bahwa tingkat karbon yang tinggi di atmosfer mendorong pemanasan global. Manusia yang menjadi penyebab tingkat karbon yang tinggi ini. Pemanasan global akan menyebabkan bencana global yang akan bermanifestasi dalam panas yang ekstrim, kekeringan, peristiwa cuaca buruk, kemiskinan, dan naiknya permukaan laut yang menempatkan wilayah pesisir di bawah permukaan air.
Satu-satunya cara untuk mencegah bencana yang mengerikan ini adalah dengan mengurangi emisi karbon hingga menjadi nol. Tidak ada lagi yang lain yang dapat memperbaikinya. Hanya inilah satu-satunya cara.
Mengurangi emisi karbon ke nol sangat sulit. Hampir semua aktivitas manusia (dan hewan) melibatkan pengambilan karbon dari lingkungan dan menyebarkannya ke atmosfer.
Mari kita pertimbangkan satu contoh yang ada di berita - beternak. Pemerintah Barat mencoba memaksa peternak sapi untuk memusnahkan ternak mereka karena ternak menghasilkan metana, gas rumah kaca. Molekul metana adalah CH4. Ini berarti mengandung satu atom karbon dan empat atom hidrogen. Sapi menambahkan karbon ke atmosfer sehingga mendorong pemanasan global. Hanya ada satu solusi: bunuh sapi-sapi tersebut. Paling tidaki itulah teorinya. Tetapi teori ini salah dan sangat penting untuk kita mengerti mengapa itu salah.
Ternak tidak menghasilkan karbon. Mereka menyerapnya dalam bentuk tanaman. Dibutuhkan sekitar 10 tahun bagi metana atmosfer untuk berubah menjadi CO2 yang sudah dikenal. Karbon dioksida kemudian diserap oleh tanaman dalam proses yang dikenal sebagai fotosintesis sehingga melengkapi perjalanan pulang-pergi karbon dari tumbuhan ke hewan ke atmosfer dan kembali ke tumbuhan. Perputaran ini dikenal sebagai siklus karbon biogenik yang dapat Anda baca selengkapnya di sini5.
Hewan tidak menambahkan karbon “baru” ke atmosfer.
Namun menurut berbagai pemerintah yang terlibat dalam krisis perubahan iklim, petani harus memusnahkan jutaan ternak. Ini tidak akan mudah. Petani tidak akan menerima hilangnya mata pencaharian mereka dan bagi banyak orang, pertanian mereka adalah warisan dari generasi-generasi sebelumnya. Di Belanda, telah terjadi protes yang berlangsung selama berbulan-bulan atas masalah ini dengan petani memblokir arteri lalu lintas utama yang membuat negara itu terhenti. Di Sri Lanka, di mana pemerintah melarang apa pun kecuali pupuk organik untuk memerangi perubahan iklim, presiden harus meninggalkan negara itu ketika warga yang kelaparan menyerbu pemerintah.
Tapi bagaimana dengan bahan bakar fosil? Pembakaran bahan bakar fosil melepaskan karbon yang telah terkubur selama ribuan tahun. Siklus di sini benar-benar sangat panjang.
Asumsinya adalah bahwa karbon di atmosfer mendorong pemanasan global. Asumsi ini sama sekali tidak benar. Seperti yang ditulis oleh Jay Lehr dan Tom Harris dari International Climate Science Coalition6, “Selama miliaran tahun, catatan geologis menunjukkan tidak ada korelasi jangka panjang antara tingkat karbon dioksida atmosfer dan iklim Bumi. Ada periode dalam sejarah Bumi ketika konsentrasi karbon dioksida berkali-kali lebih tinggi daripada sekarang, namun suhunya identik dengan, atau bahkan lebih dingin daripada, zaman modern. Klaim bahwa emisi bahan bakar fosil mengendalikan konsentrasi karbon dioksida atmosfer juga tidak valid, karena konsentrasi atmosfer telah naik dan turun dalam catatan geologis, bahkan tanpa peran dari manusia.”
Ketidakbenaran lainnya adalah bahwa “Sembilan puluh tujuh persen ilmuwan setuju: #perubahan iklim itu nyata, buatan manusia dan berbahaya.”

Ini mengingatkan saya pada iklan televisi lama, “4 dari 5 dokter lebih suka [rokok merk] Camel.” Yang membuat kita bertanya-tanya adalah apa yang lebih disukai oleh dokter ke-5. Ada jawaban gurauan yang saya tidak perlu sebutkan.
Dan bagaimana dengan 3% ilmuwan yang tersisa? Apa yang mereka pikirkan dan mengapa? Dan siapakah 97% ilmuwan ini? Dari mana angka itu berasal?
Yang benar adalah, tidak ada konsensus. Petisi Oregon7 yang ditandatangani oleh lebih dari 31.000 ilmuwan dan pakar menyatakan bahwa,
Tidak ada bukti ilmiah yang meyakinkan bahwa pelepasan karbon dioksida, metana, atau gas rumah kaca lainnya oleh manusia menyebabkan atau akan, di masa mendatang, menyebabkan bencana pemanasan atmosfer bumi dan gangguan iklim bumi. Selain itu, ada bukti ilmiah yang substansial bahwa peningkatan karbon dioksida di atmosfer justru menghasilkan banyak efek menguntungkan pada lingkungan tumbuhan dan hewan alami di Bumi.
Jadi, dari mana 97% ilmuwan. Larry Bell melaporkan di Forbes8 pada tahun 2012, bahwa sumbernya adalah survei American Geophysical Union 2009 yang terdiri dari dua pertanyaan.
Yang pertama: “Jika dibandingkan dengan tingkat sebelum tahun 1800-an, apakah menurut Anda itu berarti suhu global secara umum telah naik, turun, atau tetap relatif konstan?” Hanya sedikit yang diharapkan untuk membantah hal ini. . . . planet ini mulai mencair dari “Zaman Es Kecil” di pertengahan abad ke-19, sebelum Revolusi Industri. (Itu adalah periode terdingin sejak Zaman Es terakhir yang sebenarnya berakhir kira-kira 10.000 tahun yang lalu.)
Pertanyaan kedua diajukan: “Apakah menurut Anda aktivitas manusia merupakan faktor penyumbang yang signifikan dalam mengubah suhu rata-rata global?”
Dari 10.257 ilmuwan bumi yang menerima survei, sekitar 3.000 menjawab. Dari jumlah tersebut, “77 yang telah berhasil mendapatkan lebih dari setengah makalah mereka yang baru-baru ini diterima oleh jurnal ilmu iklim yang ditinjau oleh rekan sejawat dipertimbangkan dalam statistik survei. Bahwa ‘98% semua ilmuwan’ merujuk ... 75 dari 77 yang menjawab ‘ya’.”
Ini adalah dasar untuk mengubah dunia kita menjadi kacau balau. Dan Anda dapat melihat mengapa ini mengingatkan saya pada iklan rokok tadi. Keduanya adalah propaganda yang menyesatkan.
Pemerintah Barat ingin mengganti bahan bakar fosil dengan sumber energi terbarukan. Mari kita perjelas tentang apa artinya itu. Bahan bakar fosil berarti minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Semuanya murah, efektif, dan dapat diandalkan. Energi terbarukan berarti energi yang dihasilkan oleh tenaga angin dan tenaga surya. Ini mahal, tidak efektif, dan tidak dapat diandalkan. Ketika tidak ada angin dan tidak ada matahari, tidak ada energi.
Biaya energi di seluruh Eropa yang telah percaya akan adanya krisis perubahan iklim sudah sangat melonjak. Saat ini terjadi pemadaman bergilir di negara terkaya di Eropa, yaitu Jerman. Pemerintah Swiss baru-baru ini mengeluarkan undang-undang yang melarang warga menaikkan termostat di atas 19 derajat C atau menurunkan termostat A/C hingga di bawah 27 derajat C.
Terlepas dari bencana total yang menimpa semua ekonomi yang “bertransisi” ke energi matahari dan angin, pemerintah Barat bersikeras bahwa cara terbaik untuk “menyelamatkan” planet ini adalah memaksa warganya untuk menerima pembatasan kejam untuk mengurangi emisi karbon ke “net-nol” dalam beberapa dekade.
Tetapi pemerintah-pemerintah ini sebagian besar tidak berhasil. Menurut artikel WEF, “Ada banyak contoh program penyisihan karbon pribadi9 dalam diskusi selama dua dekade terakhir, namun keberhasilannya terbatas karena kurangnya penerimaan sosial, resistensi politik, dan kurangnya kesadaran dan mekanisme yang adil untuk melacak emisi ‘Karbon Saya’.”
Lalu, bagaimana para elit dan globalis mengharapkan masyarakat untuk menerima perubahan gaya hidup yang drastis untuk mencapai “net-zero”? Jawaban sederhananya adalah dengan menyebarkan ketakutan secara intensif. Beginilah cara pemerintah di seluruh dunia membuat orang menerima pembatasan COVID yang benar-benar tidak terbayangkan sebelum diterapkan. Faktanya, artikel tersebut mencantumkan pembatasan COVID sebagai balon percobaan untuk pembatasan “net-zero”. Keberhasilan penerapan pembatasan COVID menunjukkan bahwa hal itu dapat dilakukan. Yang dibutuhkan hanyalah rasa takut.
Ini bukan konsep baru. Itu digunakan dengan sukses oleh Nazi untuk memberlakukan program eutanasia, diskriminasi terhadap orang Yahudi dan akhirnya the Final Solution (Solusi Akhir).
Selama persidangan Nuremberg setelah Perang Dunia II, top Nazi Hermann Goering mengatakan kepada psikolog Amerika Gustave Gilbert, “. . . orang-orang selalu dapat dibawa ke penawaran dari para pemimpin. Itu mudah. Yang harus Anda lakukan adalah memberi tahu mereka bahwa mereka sedang diserang dan mengecam pasifis karena kurangnya patriotisme dan membuat negara terancam bahaya. Cara ini sama manjurnya di negara mana pun.”
Kita perlu menolak rasa takut. Kita perlu memahami bahwa “pemimpin” kita tidak memikirkan kepentingan terbaik kita. Tindakan dan kebijakan mereka selalu konsisten. Semua yang dilakukan para globalis memiliki tujuan akhir — untuk mengambil kebebasan kita dan memberikan mereka lebih banyak kuasa kendali. Sejauh kita mengizinkan mereka, mereka akan berhasil. Sejauh kita menolak mereka, mereka akan gagal. Itu semua ada di tangan kita.
Diterjemahkan secara bebas dari WEF admits COVID restrictions preliminary compliance test for upcoming carbon emissions restrictions - Analysis, Moshe Tokayer, 20 Oktober 2022.
https://www.cnsnews.com/blog/craig-bannister/ocasio-cortez-claim-world-ending-12-years-due-climate-change-not-gaffe
https://www.smithsonianmag.com/smart-news/world-was-just-issued-12-year-ultimatum-climate-change-180970489/
https://www.cbsnews.com/news/2006-al-gore-does-sundance/
https://www.weforum.org/agenda/2022/09/my-carbon-an-approach-for-inclusive-and-sustainable-cities/
https://clear.ucdavis.edu/explainers/biogenic-carbon-cycle-and-cattle
https://www.heartland.org/news-opinion/news/global-warming-myth-debunked-humans-have-minimal-impact-on-atmospheres-carbon-dioxide-and-climate
https://defyccc.com/oregon-petition/
https://www.forbes.com/sites/larrybell/2012/07/17/that-scientific-global-warming-consensus-not/?sh=20f8f01b3bb3
https://www.nature.com/articles/s41893-021-00756-w.pdf